Minggu, 17 Maret 2013

TULISAN BEBAS (2)


Nama : Irna Diniasari
Kelas : 3EA13
NPM : 13210623
(Softskill Bahasa Indonesia II)


CERITA LUCU...

Seorang wartawan sedang meliput berita mengenai pelestarian binatang. Untuk memperjelas pemberitaan tersebut, wartawan itu mewawancarai seorang pecinta binatang. Sebutlah Pak Bejo si pecinta binatang itu. Kira-kira seperti inilah percakapan wartawan dengan Pak Bejo.
Wartawan    : Pak Bejo, apa pendapat anda mengenai pelestarian binatang?
Pak Bejo       : Kita sebagai manusia harus menyayangi binatang karena binatang          
                           merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Nah, pelestarian binatang itu sendiri
                           merupakan perwujudan kasih sayang kita terhadap binatang. Dengan
                          pelestarian binatang kepunahan makhluk hidup tersebut dapat di 
                          minimalisir. Maka dari itu saya juga memelihara binatang di rumah lho.
Wartawan    : Waaah bapak sepertinya benar-benar pecinta binatang ya Pak?
Pak Bejo       : Yaaaa begitulah (sambil tersenyum :)..)
Wartawan    : Memang binatang apa saja yang bapak pelihara dan berapa jumlahnya?
Pak Bejo       : Oo banyak sekali. Ada kecoa, tikus, laba-laba, lalat, semut, nyamuk.
                           Kalo jumlahnya berapa ya?? (sambil mikir) yaa pokoknya banyak lah.
Wartawan    : Grrrrrrr..... Pak itu mah bukan pecinta binatang namanya tapi jorooooook
                           issssh (sambil pasang muka jijik >,<)


Semoga terhibur :D

TULISAN BEBAS (1)


Nama : Irna Diniasari
Kelas : 3EA13
NPM : 13210623
(Softskill Bahasa Indonesia II)



    Sewaktu kecil, aku pernah membaca sebuah buku bergambar yang berjudul “Helen Keller”. Buku itu sangat menarik pada tampilan luarnya, begitupun saat aku melihat sekilas lembaran – lembaran dalam buku tersebut.

    Setelah membaca buku “Helen Keller” itu, timbul rasa kagumku pada sesosok “Helen Keller”. Ya, wanita yang penuh keterbatasan dalam pancaindera tetapi punya semangat yang tanpa batas. Aku sangaaat mengaguminya...

    Aku pun banyak mengumpulkan kisah-kisahnya, saat aku duduk di bangku sekolah menengah atas.

    Akan ku ceritakan kawan tentang salah satu wanita berpengaruh di dunia yang tak lain adalah “Helen Keller”.

    Berikut Kisah Helen Keller .. Let’s read it!


HELEN KELLER
(PAHLAWAN HAK ASASI KAUM CACAT)

  Helen Adams Keller dilahirkan pada tanggal 27 Juni 1880 di Tuscumbia, Alabama, Amerika Serikat. Seorang anak perempuan dari pasangan Kapten Arthur Henley Keller dan Kate Adam Keller. Awalnya, Helen lahir dengan penglihatan dan pendengaran yang  normal seperti kebanyakan orang. 
    
    Ayah Helen bekerja sebagai pemilik perkebunan kapas dan editor mingguan sebuah Koran lokal “North Alabamian”. Sedangkan ibunya selain membantu bekerja di perkebunan, ia juga menjual  mentega, lemak babi, bacon, dan ham yang dibuatnya sendiri.

   Kehidupan Helen berubah saat usianya menginjak 19 bulan. Ia mengalami  penyakit misterius yang diperkirakan sebagai “demam otak”. Karena penyakit itulah Helen diduga akan meninggal dunia.

   Ketika akhirnya demam Helen pun reda. Keluarga Helen sangat bahagia mengira anak perempuan mereka kembali sehat. Namun, ibu Helen memperhatikan ada sesuatu yang janggal terjadi pada Helen. Bagaimana bisa Helen gagal merespon saat lonceng makan malam dideringkan dekat telinganya atau saat tangannya melewati depan mata putrinya.

    Dengan begitu jelaslah bahwa penyakit Helen membuatnya buta dan tuli. Helen kecil belum bisa menerima keadaannya yang berubah secara tiba–tiba. Karena itulah, Helen kecil tumbuh menjadi anak liar yang tidak bisa diatur. Ia menghancurkan piring-piring dan lampu-lampu serta meneror seluruh anggota keluarga dengan teriakannya dan tingkahnya yang penuh amarah. Tetangganya pun menganggap Helen kecil sebagai monster dan menyarankan agar ia ditempatkan di sebuah institusi. 

    Saat Helen berusia 7 tahun, orang tuanya memperkerjakan Anne Sullivan, wanita yang sempat kehilangan sebagian besar penglihatannya saat berusia 5 tahun dan melakukan 2 kali operasi mata pada Oktober 1880, tepatnya saat memasuki pendidikan di Institusi Perkins.

    Anne mulai mengajar Helen mengeja dengan jari. Mengeja kata “boneka” untuk menandai hadiah yang ia bawa untuk Helen. Kata berikutnya yang diajarkan adalah “kue”. Walaupun Helen dapat mengulangi gerakan-gerakan jari tersebut, tetapi ia tidak dapat secara penuh memahami artinya. 

  Ketika Anne berjuang membantu Helen untuk memahami sepenuhnya, ia juga berjuang mengontrol kelakuan buruk Helen yang tak henti-henti.Untuk memperbaiki tingkah laku Helen, Anne memutuskan pindah dan tinggal hanya bersama Helen di sebuah pondok kecil yang masih menjadi bagian dari rumah utama keluarga Helen. Dengan perhatian khusus, Anne mencoba memperbaiki sikap Helen yang buruk saat di meja makan, membuatnya menyisir sendiri rambutnya dan mengikat tali sepatunya sendiri serta mengatasi tingkahnya yang penuh amarah. Anne menghukum tingkahnya yang penuh amarah itu dengan menolak “berbicara” dengan Helen dengan tidak mengejakan kata-kata dengan tangannya.

   Pada 5 April 1887, suatu perubahan muncul ketika Helen mengerti kata "air".  Sewaktu Anne memompa air ke atas tangan Helen, Anne mengeja kata air ke sebelah tangan gadis itu yang bebas. Sesuatu mengenai hal ini menjelaskan arti kata-kata itu ke benak Helen, dan Anne segera melihat di wajahnya bahwa Helen akhirnya mengerti.

    Helen lalu menceritakan kejadian itu:
    “ Kami berjalan menuruni jalanan ke rumah, ditarik oleh aroma sarang lebah yang tertutup. Seseorang menggambar air dan guruku menempatkannya di bawah tanganku sesuatu yang memancar. Sewaktu arus dingin yang memancar, di atas sebelah tanganku yang lain guruku mengeja kata air, awalnya lambat, lalu diulangi lagi. Aku masih berdiri, seluruh perhatianku terpusat pada gerakan-gerakan tangannya. Tiba-tiba aku merasa kesadaranku yang berkabut akan sesuatu yang telah terlupakan, suatu ingatan yang mendebarkan kembali, dan bagaimana misteri dari bahasa terungkap olehku. “

   Helen segera meminta Anne mengejakan nama dari  “pompa”  dan  “terali” pada tangannya. Sepanjang jalan pulang ke rumah, Helen belajar nama dari segala sesuatu yang disentuhnya dan juga menanyakan nama untuk Anne. Anne mengeja kata “guru” ke atas tangan Helen. Dalam beberapa jam berikutnya, Helen belajar mengeja 30 kata-kata baru.

  Kemajuan Helen sejak saat itu mencengangkan. Kemampuannya untuk belajar maju pesat melebihi dari orang- orang buta dan tuli lainnya. Dengan tekun Anne mengajarkan Helen untuk berbicara melalui gerakan mulut, sampai pada suatu hari Helen berkata, "Hal terbaik dan terindah yang tidak dilihat atau disentuh oleh dunia adalah hal yang dirasakan di dalam hati."

   Anne juga mengajari Helen membaca, pertama-tama dengan menggunakan huruf timbul, lalu dengan Braille, dan menulis dengan mesin tik biasa dan mesin tik Braille. Helen juga mempelajari banyak bahasa. Mulai dari bahasa Latin, Yunani, Perancis, dan  Jerman, semua dipelajari melalui huruf Braille.

    Tahun 1900 saat usianya 20 tahun, Helen menjadi mahasiswi di salah satu cabang Universitas Harvard yaitu Radcliffe College khusus wanita. Helen menjadi orang bisu tuli pertama yang pernah mengikuti institusi pembelajaran yang lebih tinggi. Anne mendampingi dalam setiap jadwal kuliahnya dan menerjemahkan pelajarannya dengan isyarat tangannya.

    Selama di perguruan tinggi Helen menulis tentang hidupnya dengan mesin tik Braille dan mesin tik biasa sekaligus. Pada saat itulah Helen dan Anne bertemu John Albert Macy yang menolong mengedit autobiografi Helen “The Story of My Life” pada tahun 1903. 

    Tahun 1904 hanya dalam kurun waktu 4 tahun, Helen lulus dengan predikat magna cum laude. Helen menjadi orang bisu tuli pertama yang mendapat gaji dengan gelar seni. 

   Tahun 1905 Anne menikah dengan John Macy. Mereka tinggal bersama Helen di Wrentham, Massachussets, dan selama masa itu Helen menulis karyanya  “The World I Live In” yang memberikan pembaca wawasan bagaimana perasaannya tentang dunia. “Out of the Dark”, serangkaian esai tentang sosialisme, juga diterbitkan pada tahun 1913.

  Helen dan Anne juga mengisi tahun-tahun berikutnya dengan mengadakan tur dunia. Helen memberikan ceramah, berbicara tentang pengalaman hidupnya yang kemudian diterjemahkan kalimat demi kalimat oleh Anne dan diikuti oleh sesi Tanya jawab.

    Tahun 1918 Helen, Anne dan John Macy pindah ke Forest Hills, New York. Disana Helen membuat markas atas tur penggalangan dananya bagi institusi tuna netra Amerika. Ia tidak hanya mengumpulkan dana, tetapi juga berkampanye untuk meringankan kondisi kehidupan dan pekerjaan orang-orang tuna netra yang pada waktu itu biasanya dididik dengan buruk dan tinggal di rumah sakit.

  Ibu Helen, Kate  meninggal pada 1921 karena penyakit yang tak diketahui. Hal tersebut menjadikan Anne sebagai satu-satunya orang yang selalu ada di kehidupan Helen.

   Beberapa tahun kemudian autobiografi spiritual tentang Helen “My Religion”  diterbitkan pada tahun 1927  dan diterbitkan kembali sebagai Light in my Darkness.

   Tahun 1932 John Macy meninggal dunia yang kemudian disusul oleh Anne pada tahun 1936. Setelah Anne meninggal, Helen pindah ke Arcan Ridge, di Westport, Connecticut, yang menjadi rumah Helen hingga akhir hayatnya.

   Tahun 1961 Helen mengalami serangan stroke pertama dari serangkaian stroke yang ia alami dan membuatnya menarik diri dari publik. 

    Tahun-tahun berikutnya bagaimanapun bukannya tanpa kesenangan dan pada tahun 1964 Helen dianugerahi “Presidential Medal of Freedom”, penghargaan tertinggi yang diberikan negara kepada penduduk sipil oleh Presiden Lyndon Johnson, Setahun kemudian Helen terpilih menjadi salah satu wanita yang diabadikan di Hall of Frame di sebuah pameran dunia di New York.

    Pada 1 Juni 1968 di Arcan Ridge, Helen Keller meninggal dunia dengan damai dalam tidurnya di usia 87 tahun. Jenazahnya dikremasi di Bridgeport, Connecticut dan sebuah jasa pemakaman mengatur agar guci abunya ditempatkan di Katedral Nasional di Washington. 


Penulisan buku :
Buku-buku lain yang juga ditulis Helen Keller: Midstream -- My Later Life (1930), Let Us Have Faith (1940), Teacher: Anne Sullivan Macy (1955) dan The Open Door (1957). Dia juga membuat dua film dokumenter tentang kehidupannya, Deliverance (1918) dan Helen Keller in Her Story (1954).


  Itulah Kisah Helen Keller, menarik bukan? Semoga kisah tersebut juga bermanfaat dan menginspirasi kalian semua. 



Sumber :
slusman.blogspot.com
id.wikipedia.org
biokristi.sabda.org